SANG MANAJER Willi Weber selalu ditakdirkan untuk berkerjasama dengan orang seperti Michael Schumacher. Keduanya
kompak: Michael si kokpit mobil balap, Willi mengurus semua soal komersialnya. Yang paling menakjubkan, pasangan
ini telah lolos dari ujian paling berat. Di satu sisi, Willi telah bersama Schumi sejak ia berkarir di gokart dan balapan
Formula 3, dan selalu siap menyediakan dana saat Schumi betul-betul memerlukannya. Di sisi lain, Schumi tetap setia dan jujur
kepada Willi, meski kini rekening banknya sudah menggunung. Padahal, kebanyakan atlet sukses seperti Schumi, selalu mendepak
manajernya ketika uang mereka telah melimpah, dan sang manajer mulai bertingkah. Kesuksesan Michael Schumacher memang
didukung oleh etika dan kejujurannya. Dia bisa saja menyerahkan pengelolaan karirnya kepada IMG (International Management
Group) atau perusahaan-perusahaan lain yang mengelola karir para atlit top dunia di awal 90-an. Toh saat itu, IMG tengah berkibar
di arena F1. Pada masa itu, IMG sudah menjadi manajer bagi Ayrton Senna, Johnny Herbert, dan seorang 'young Scotsman' bernama
David Coulthard. Saai itu, IMG mendekati Schumi melalui Jochen Neerpasch, bekas pembalap sportscar yang banting setir jadi
promotor balap. Pada 1991, Neerpasch menasehati Schumi dan Willi agar tak membalap untuk Jordan pada 1992, karena "mereka
akan menggunakan mesin Peugeot". Selanjutnya, Neerpasch menyarankan agar Schumi meneken kontrak dengan IMG.
Saat itu, Willi memang masih sekedar panasehat dan sahabat Schumi, belum resmi menjadi manajernya. Memang, Schumi
lalu meneken kontrak dengan IMG. Tapi, dengan syarat-syarat yang disusun Willi. Willi tetap menjadi orang terpenting dalam
karir Schumi. Dikabarkan, ia mendapat 20% dari penghasilan Schumi, sementara IMG bekerja keras mencari sponsor, mengatur masalah
keuangan, sekaligus menjadi pengacara Schumi. Indikasi awal dari sukses pasangan Willi-Schumi ini mulai terlihat
saat 'testing' di Afrika Selatan pada awal 1992. Tim Wright, orang IMG yang ditugaskan mengurus Schumi, telah bekerja mati-matian
selama musim dingin untuk mendapatkan dana bagi Schumi. Saat itu, Schumi bahkan belum punya sponsor untuk sepatu balapnya.
Lalu tiba-tiba Wright muncul dengan kontrak yang amat menguntungkan dari produsen alat-alat olahraga Jepang. Mizuno. Wajah
Schumi langsung cerah saat melihat Wright menenteng sepatu baru ke trek sirkuit Kyalami. Kegembiraannya makin meluap karena
sepatu baru ternyata pas di kakinya. Namun, Willi tampak kurang suka dan menolak sepatu itu. Bukan karena kontrak
dengan Mizuno tak masuk akal, tapi karena Willi merasa tindakan Wright sudah keluar dari isi kontrak dengan IMG. Tak ada orang
lain kecuali Willi yang boleh datang ke lintasan balap untuk membawa barang-barang milik Schumi. Schumi adalah miliknya, hasil
kreasinya. Dan Michael, tanpa berkedip, patuh pada Willi. Begitulah hubungan mereka. Sejak saat itu, kontrak dengan
IMG terus diperjelas dan diperbaharui. Wright pun sukses menggaet banyak uang dari Stasiun TV Jerman, RTL, untuk mensponsori
Michael. Imbalannya, RTL mendapat prioritas untuk mewawancarai Schumi saat balapan (dan 'deal' ini masih berlangsung hingga
kini). Sementara kini, stasiun TV Inggris, ITV, membayar jutaan pounds Cuma buat sekedar "ngobrol" dengan Jenson
Button. Selanjutnya, IMG juga sukses membantu Schumi dalam proses negosiasinya dengan Willi (Schumi berhasil menurunkan honor
Willi, dari 20% menjadi hanya 10%) dari total penghasilan Schumi). Untuk sesaat, bos IMG Eropa Ian Todd, yakin bisa dengan
mudah mendepak Willi yang terlihat naif, dan mengambil-alih seluruh manajemen karir Schumi dari tangannya, seperti yang pernah
mereka lakukan di masa jaya Jackie Stewart. Tapi, kemudian, segalanya berubah. Ayrton Senna tewas dan David Coulthard
menghentikan kontraknya dengan IMG. Peluang terakhir IMG untuk mengambil porsi terbesar dari "kue uang" di F1 ikut
pula melayang. Dan disitulah Willi berperan. Kini, IMG masih "dipekerjakan" oleh Schumi (dan bukan oleh
Willi!) untuk mengurus pajak dan investasi pribadinya. Sebaliknya, seluruh karir balapan Schumi sudah dikelola penuh oleh
Willi, termasuk bisnis 'merchandise' Michael Schumacher Collection (MSC). Bisnis yang terakhir itu tak terlihat seperti
bisnis 'blue-chip', apalagi berkesan multi-nasional. Tak ada kesan eksklusif pada brosur-brosur MSC. Sebaliknya malah seperti
kumpulan barang antik yang dijual kepada penawar tertinggi, ketimbang kontrak-kontrak jangka panjang yang bisa mendukung citra
Schumi. Anda pasti mengira, cara Schumi menjalankan bisnis 'merchandise' itu telah merendahkan derajatnya sebagai
atlet kelas dunia. Di depan topi merah Schumi malah terpajang logo "Deutsche Vermogens-beratung", bukan merek-merek
lain yang lebih dikenal di dunia. Apa Anda tahu produk apa yang dihasilkan logo itu? Atau, yang paling gampang, apakah Anda
bisa mengucapkan tulisan itu dengan pas? Tentu saja, di mata Schumi dan Willi Weber, itu bukanlah soal besar. Schumi
telah menghasilkan banyak uang dan akan terus bertambah- dari kontrak-kontrak jangka pendek semacam itu. Sehingga, kini, Schumi
tak usah pusing memikirkan uang pensiunnya. So, logo perusahaan keuangan dan asuransi yang susah diucapkan itu kini
"nangkring" di depan topi Schumi. Di kedua sisi topi, ada logo Ferrari/Marlboro, yang makin meningkatkan kekuatan
dan kemampuan kombinasi Schumi/Weber. Tak banyak pembalap lain yang bisa menaruh emblem sponsor pribadinya berdampingan dengan
logo timnya di ptoduk-produk 'merchandise' mereka. Dan kalau bukan Willi yang jadi manajer Schumi, hampir pasti Ferrari akan
menolak logonya disandingkan dengan logo perusahaan keuangan Jerman tadi. Maklum, selama ini, nama dan popularitas Ferrari
diproteksi dengan ketat oleh divisi 'merchandise' mereka sendiri. Tapi, Michael dan Willi 'did the deal'. Mereka
mendapat pengecualian dari Ferrari. Schumi dan Willi memang amat pintar melihat peluang. Sebelum juara dunia 1999 diketahui,
misalnya, Schumi menambah gambar kotak-kotak hitam-putih di kedua sisi helmnya. Kalau saja dia menang saat itu, beberapa logo
baru pasti sudah menggantikan kotak-kotak hitam-putih tadi. Lalu, mungkinkah Schumi 'cabut' dari Ferrari untuk pindah,
misalnya saja, ke McLaren? Infrastruktur 'merchandising' Ferrari-Schumacher telah terbentuk dan berjalan baik; sebaliknya,
McLaren-Mercedes belum tentu mau memberi kelonggaran dalam hal 'merchandise', seperti yang diberikan Ferrari kepada Schumi.
Hak 'merchandising' memang tidak menyebabkan perpindahan seorang pembalap. Tapi, tetap jadi salah satu faktor. Dan jika melihat
'merchandising' sebagai sebuah faktor, tampaknya Schumi akan terus bertahan di Tim Merah tersebut. Seperti gaya mengemudinya,
manajemen Michael Schumacher juga konsisten, tepat dan efektif. Dan jangan terkecoh dengan gaya hidup Willi yang gemerlepan.
Dia tetap tahu siapa yang sebenarnya jadi bos.
|