Gambaran Hidup Michael Schumacher
| Home | Nomor Satu | Tifosi Monza | Bolakaki | Fiat 500 | Foto Jody Sheckter | Sepotong Keju Swiss | Celengan Piggy | Tongkat Kruk | Satu Set Bidak Catur | Kecelakaan Spa '96 | Sampanye | Spaghetti | Jean Todt, Direktur Sport Ferarri | Flavio Briatore, mantan bosnya di Benetton | Helm Ayrton Senna | Daun Semanggi Berhelai Empat | Contact Me
Satu Set Bidak Catur

'ROSS MELEBIHI SIAPA PUN DALAM HAL STRATEGI PITSTOP'

Nomor Satu.jpg

"Membandingkan catur dengan F1 merupakan latihan menarik," komentar Michael. "Saya bisa melihat dua area utama yang sama; strategies and overtaking. Dalam dua situasi ini, Anda mesti memprediksi tingkah-laku lawan, antisipasi, coba untuk menangkap lawan dalam satu langkah. Tapi saya enggak begitu jago main catur."

Apakah ahli strategi Ferrari, Ross Brawn, gemar main catur? "Oh, ya," sambut Michael, "Dia susah dikalahkan."
Lalu bagaimana kerja Schumi dan direktur teknik Ferrari di lapangan? "Hubungan kami sangat kuat. Jika Ross bicara pada saya saet balapan, 'Beginilah gambarannya', saya langsung paham yang ia maksud."

Apa momen terbaiknya selama bekerja dengan Brawn? "Banyak. Tapi, contohnya, saya akan selalu mengingat Hungaria, ketika ia mengubah strategi saya dan bicara sangat pelan di radio'Dua puluh lima detik dalam 20 lap, itu yang kamu lakukan.'Saya mematuhinya, dan kami menang. Di sisi lain, kadang gagal juga. Tapi cara kerjasama kami sangat baik. Sejak ada pitstop di F1, Ross melebihi siapa pun dalam hal strategi pitstop. Tak diragukan lagi."

Apakah Suzuka 2000, ketika Michael merebut gelar juara, merupakan puncak momen Brawn? "Tidak juga," jawabnya. "Rasanya nyaris terlalu mudah baginya. Mika Hakkinen masuk pit sebelum kami. Dan kami tahu strateginya, jadi kami langsung menerapkannya.

Tapi, alasan kami menang, tepatnya adalah karena cuaca. Saat mulai turun hujan, Hakkinen kehilangan waktu lebih banyak dibanding saya. Ross sangat kuat dalam situasi ketika lawan mulai sedikit-sedikit kehilangan strateginya."