Gambaran Hidup Michael Schumacher
| Home | Nomor Satu | Tifosi Monza | Bolakaki | Fiat 500 | Foto Jody Sheckter | Sepotong Keju Swiss | Celengan Piggy | Tongkat Kruk | Satu Set Bidak Catur | Kecelakaan Spa '96 | Sampanye | Spaghetti | Jean Todt, Direktur Sport Ferarri | Flavio Briatore, mantan bosnya di Benetton | Helm Ayrton Senna | Daun Semanggi Berhelai Empat | Contact Me
Helm Ayrton Senna

EMOSI SAYA SELALU MUNCUL SAAT MEMIKIRKAN SENNA.

Nomor Satu.jpg

Lima, 10, 15 detik, ia terdiam, "Sulit mengatakannya", jawab Schumi singkat lalu kembali terdiam. Emosinya ini bukan pura-pura. "saya telah 27 tahun balapan dan hanya pernah melihat dua peristiwa kematian. Pada satu weekend, Roland Ratzenberger dan Ayrton Senna".

Ia berhenti. Tampaknya ia ingin mengatakan sesuatu, namun tak bisa. "Bukan berarti saya tak mau membicarakannya", ujarnya, "Tapi emosi saya selalu muncul saat memikirkan Senna. Saat masih berumur 10 tahun, saya ingat, pernah melihatnya sebelum ia masuk F1, di era 1980-an. Ia sangat mengagumkan. Gayanya, cara menyalipnya, semua luarbiasa. Setelah itu, sya tak mengikuti karirnya. Yang saya ingat, suatu hari saya tiba di sirkuit F1 yang sama dengannya. Ia pembalap hebat.

Schumi mengaku tak tertarik dengan sejarah atau rekor balap, namun satu hal sudah jelas. Istilah role model ternyata tak jauh-jauh dari mulutnya.