"Spaghetti Bolognese! Saya penggemar berat spaghetti, lo," jelasnya terbahak. "Bagus juga buat judul wawancaranya.
Ya, enggak?" Rupanya, si juara dunia tiga kali itu tak sadar mengapa kami menyelipkan gambar sepiring pasta
tersebut ke dalam koleksi gambar ini. Kami harus membimbingnya. Dengan mengemudi untuk sebuah tim Italia, apakah
ia cukup paham dengan adat istiadat di sana? "Ya," ujarnya bangga. "Bahasa Italia saya makin bagus. Perbendaharean
kata saya bertambah, meski untuk bicara masih sulit. Saya sempat les, cuma begitu musim lomba dimulai, semangat belajar pun
mulai kendor. Walau balapan untuk Ferrari, saya jarang berbahasa Italia. Dengan pers atau para teknisi, saya bicara Inggris
dan Jerman. Jika Anda tak sering praktek, perbendaharaan kata cepat terlupa. Tapi saya masih berniat terus mempelajarinya".
Jadi saat pidato dalam bahasa italia di depan para fans italianya di awal musim 2000 lalu Cuma basa basi doang?
"Anda tahulah, saya tak mahir dalam seni berkomunikasi. Orang-orang saya berpendapat hal itu bagus, jadi saya menurut
saja. Tapi bukan itu yang membuat saya ingin berbahasa italia. Rasanya senang kan, kalau bisa berkomunikasi di jalan, bioskop
atau restoran dengan teman-teman. It's for my own good, kok. Jika pers menyukai pidato saya pada saat itu, bagus,
lah. Tapi saya tak berpidato untuk mereka!".
|